Kejadian yang tidak bisa ini terjadi di Desa Sampulungan, Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, dimana tempat pemakaman terletak di dekat bibir pantai yang mengalami abrasi, beberapa makan telah dilakukan pembongkaran atas peristiwa tersebut.
Akibat kejadian tersebut kain kafan yang masih terlihat utuh terlihat bergantungan bersama tulang belulang, dan beberapa di antaranya sudah berjatuhan kedalam laut, masyarakat di sekitar lokasi sangat geram akan kejadian tersebut.
Penyebab abrasi di sekitar lokasi pemakaman umum, sangat di yakini warga karena adanya aktifitas dari penambangan pasir laut yang di lakukan oleh perusahaan PT Royal Boskalis dan De Nul yang berasal dari Belanda, aktifitas tersebut sudah berjalan sejak tahun 2017silam.
Akibat dari aktivitas penambangan tersebut adalah abrasi yang merusak daratan dekat dengan penambangan pasir laut, pernyataan dari seorang tokoh masyarakat Daeng Muntu, agar pemerintah mengambil tindakan yang tegas terhadapa perusahan tersebut.
Arus laut dan obat terus menghantam sampai merusak daerah pemakaman umum, hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya sejak kedatangan penambang pasir, dan dari pertama kedatangan penambang belum adanya pembicaraan dari pihak perusahaan dan pemerintah terkait dampak kerusakan yang sedang terjadi.
Saat ini sudah tiga jenazah yang sudah terlihat dari dinding yang terkikis air laut, belum lagi tulang beluang dan kasih kafan yang bertaburan di bibir pantai, belum lagi mayat yang sudah hilang dan tenggelam kedalam laut juga masih belum tercatat seberapa banyak.
Dari pengamatan warga sekitar, abrasi yang terjadi di pesisir pantai semakin hari semakin kuat, setiap hari paling sedikit sudah terkikis 1 meter daratan, dampak lain dari abrasi tersebut mengharuskan warga sekitar pantai mengungsi kedaratan yang lebih tinggi, warga sangat kawatir jika pristiwa ini tidak segera di atasi, maka hal yang lebih buruk bisa terjadi kepada mereka.